Konsep Produktivitas dalam Ekonomi Produktif
Secara konsep, produktivitas adalah tingkat efisiensi suatu ekonomi dalam menggunakan modal, manusia dan teknologinya untuk menghasilkan output (Cusolito & Maloney, 2018). Produktivitas adalah konsep yang penting dalam analisis pembangunan ekonomi, karena selain dari penambahan input produksi, pertumbuhan pendapatan dapat terjadi akibat peningkatan produktivitas.
Produktivitas pekerja yang dipakai SEPAKAT adalah pengukuran produktivitas konvensional, yang menggunakan Nilai Tambah Per Pekerja (Value Added per Worker). Pengukuran ini didapat dari membagi PDRB dengan pendekatan nilai tambah (biasanya dibagi per sektor), dengan jumlah pekerja atau jam kerja total di sektor tersebut. Kelebihan dari pengukuran ini terutama adalah datanya tersedia secara lengkap, mudah dihitung, cukup dekat dengan pengukuran standar hidup yang lazim digunakan, yaitu PDRB per kapita (Carnaje, 2013). Namun, pengukuran ini juga memiliki kekurangan. Produktivitas pekerja tidak dapat mengukur produktivitas suatu ekonomi dengan lengkap, di mana peningkatan produktivitas juga dapat muncul dari akumulasi modal dan teknologi. Selain itu, dasar pengukuran produktivitas pekerja yaitu PDRB, bisa diukur secara berbeda per masing-masing negara, yang membuat produktivitas pekerja bisa tidak dapat diperbandingkan antarnegara (Carnaje, 2013).
Alternatif dari pengukuran produktivitas adalah Produktivitas Faktor Total (Total Factor Productivity/ TFP), di mana nilainya didapat dari rasio antara output total terhadap input total faktor produksi. TFP dapat menggambarkan dampak ekonomi dari akumulasi modal dan teknologi yang lebih jelas. Pengukuran TFP juga lebih objektif sehingga hasilnya dapat diperbandingkan antarnegara. (Carnaje, 2013).
Namun di sisi lain, TFP juga memiliki beberapa kekurangan. Pengukuran TFP membutuhkan data yang detail, yaitu data input dan output produksi yang tersedia di level pelaku usaha. Data ini tidak tersedia di semua sektor atau jenis usaha, sehingga TFP hanya dapat dihitung dari sebagian sektor dan sebagian kecil pelaku usaha saja. Juga, mengukur TFP di tingkat makro sangat sulit karena pengukuran modal tetap di level makro bisa berbeda berdasarkan pendekatannya (Carnaje, 2013). Pun apabila kedua data pengukuran produktivitas tersedia secara lengkap, apabila membandingkan produktivitas dalam jangka pendek (< 10 tahun), produktivitas pekerja tetap lebih dipilih. Sargent dan Rodriguez (2000) berargumen bahwa dalam jangka pendek, akumulasi modal belum terjadi dalam ekonomi, sehingga produktivitas pekerja tetap bisa menggambarkan produktivitas secara umum.
Dengan pertimbangan tersebut di atas, tim SEPAKAT menggunakan nilai tambah per pekerja sebagai proksi untuk mengukur produktivitas daerah.
Sumber
- Cusolito, Ana Paula; Maloney, William F. 2018. Productivity Revisited: Shifting Paradigms in Analysis and Policy. Washington, DC: World Bank. © World Bank. https://openknowledge.worldbank.org/handle/10986/30588 License: CC BY 3.0 IGO.
- Timothy C. Sargent & Edgard R. Rodriguez. 2000. "Labour or Total Factor Productivity: Do We Need to Choose?," International Productivity Monitor, Centre for the Study of Living Standards, vol. 1, pages 41-44, Fall.
- Carnaje, G.P. 2013. “Labor Productivity vs. Total Factor Productivity”. https://cem.uplb.edu.ph/research-extension-training/economicissues/34-vol-1-no-1/67-labor-productivity-vs-total-factor-productivity Diakses pada 15 November 2019.